Pencemar udara kriteria adalah pencemar-pencemar udara yang dijadikan kriteria dalam mengukur tingkat pencemaran yang terjadi di suatu daerah. Pencemar udara kriteria adalah:
- Sulfur dioksida (SO2)
- Karbon Monoksida (CO)
- Nitrogen dioksida (NO2)
- Ozon (O3)
- Hidrokarbon
- Pb (Timah Hitam)
- TSP (Total Suspended Particles)
- PM 10, Parameter debu (PM 2.5)
1. Sulfur dioksida (SO2)
A. KARAKTERISTIK PENCEMAR (SOx)
Sulfur
dioksida adalah salah satu spesies dari gas-gas oksida sulfur (SOx). Gas ini
sangat mudah terlarut dalam air, memiliki bau, dan tidak
berwarna. Sebagaimana O3, pencemar sekunder yang terbentuk dari SO2,
seperti partikel sulfat, dapat berpindah dan terdeposisi jauh dari sumbernya.
SO2 dan gas-gas oksida sulfur lainnya terbentuk saat terjadi
pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur. Sulfur sendiri terdapat
dalam hampir semua material mentah yang belum diolah seperti minyak mentah,
batu bara, dan bijih-bijih yang mengandung metal seperti alumunium, tembaga, seng, timbal, dan besi. Di daerah perkotaan, yang menjadi sumber sulfur utama adalah kegiatan pemangkit tenaga listrik, terutama yang
menggunakan batu bara ataupun minyak diesel sebagai bahan bakarnya, juga gas
buang dari kendaraan yang menggunakan diesel dan industri-industri yang
menggunakan bahan bakar batu bara dan minyak mentah.
Gambar 1.1 Struktur Sulfur Dioksida
Sumber: [1
SUMBER
Pencemaran SOx diudara terutama berasal dari pemakaian baru bara yang digunakan pada kegiatan industri, transportasi, dan lain sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfida lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfida. Pada proses peleburan sulfida logam diubah menjadi oksida logam.
Gambar 1.2 Sumber Emisi Sulfur Dioksida
Sumber: [2]
B. DAMPAK PENCEMAR
Pengaruh SO2 pada
masyarakat dan lingkungan sangat bervariasi tergantung pada:
a. Jumlah gas yang terbuang ke atmosfer
b. Jarak tempuh gas ke atmosfer bumi, troposfer atau stratosfer
c. Angin regional atau global dan pola iklim yang dapat menyebarkan gas
1. Kesehatan
Manusia
SOx mempunyai ciri bau yang tajam,
bersifat korosif (penyebab karat), beracun karena selalu mengikat oksigen untuk
mencapai kestabilan phasa gasnya. SOx menimbulkan gangguan sitem pernafasan,
jika kadar 400-500 ppm akan sangat berbahaya, 8-12 ppm menimbulkan iritasi
mata, 3-5 ppm menimbulkan bau. Konsentrasi gas SO2 diudara akan mulai
terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya) manakala kensentrasinya
berkisar antara 0,3 – 1 ppm.
Dalam bentuk gas, SO2 dapat
menyebabkan iritasi pada paru-paru yang menyebabkan timbulnya kesulitan
bernafas, terutama pada kelompok orang yang sensitive seperti orang berpenyakit
asma, anak-anak dan lansia. SO2 juga mampu bereaksi dengan senyawa kimia lain
membentuk partikel sulfat yang jika terhirup dapat terakumulasi di paru-paru
dan menyebabkan kesulitan bernapas, penyakit pernapasan, dan bahkan kematian
(EPA, 2007).
Tabel 1.1 Pengaruh Konsentrasi Sulfur Dioksida
Sumber: [3]
2. Ekosistem
dan Lingkungan
Tingginya kadar SO2 di
udara merupakan salah satu penyebab terjadinya hujan asam. Hujan asam
disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor
dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang
bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen
oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air
untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah
larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan
meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya
bagi kehidupan ikan dan tanaman.
Kelebihan zat asam pada danau akan
mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate
merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang
terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan
akan hilang.
3. Tumbuhan
Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tumbuhan
karena dengan konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun, pinggiran
daun dan daerah diantara tulang-tulang daun rusak. Secara kronis SO2
menyebabkan terjadinya kshlorosis. Kerusakan tanaman ini akan diperparah dengan
kenaikan kelembaban udara. SO2 diudara akan berubah menjadi asam sulfat. Oleh
karena itu, didaerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman
akan rusak oleh aerosol asam sulfat.
Kadar SO2 yang tinggi di hutan
menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan daun, jika hal ini terjadi
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kematian tumbuhan tersebut.
Menurut Soemarmoto (1992), dari analisis daun yang terkena deposisi asam
menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah
satu nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh
pencucian magnesium dari tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun
meyebabkan pencucian magnesium di daun.
Dalam sejumlah kasus terjadi seleksi genetik didalam beberapa komunitas tanaman alamiah terhadap daya tahan pencemaran atmosfer. Pengaruh sulfur dioksida dan presipitasi asam paling nyata dan buruk dalam ekosistem hutan yang berbatasan dengan peleburan atau beberapa sumber pusat pencemaran lainnya. Sejalan dengan penelitian lainnya, spesies lumut bertambah dan diversivitas meningkat dengan meningkatnya jarak dari gedung dibandingkan dengan sisi arus angin naik. Jenis pepohonan tertentu, sweet birch dan pinus putih, diketahui paling rentan terhadap pencemaran atmosfer.
Gambar1.3 Kerusakan Tanaman Akibat Hujan Asam
Sumber: [4]
4. Hewan
The National Academy Of Sciences
(1978) juga menyimpulkan pengaruh pH terhadap ikan. Di Norwegia, presipitasi asam juga mempunyai pengaruh terhadap perikanan komersial.
Wright dkk (1977) melaporkan bahwa penurunan penangkapan ikan salmon di
sungai-sungai selama seratus tahun yang lalu, disebabkan oleh penurunan pH yang
tetap..Dengan penurunanya pH terjadi serangkaian perubahan kimiawi yang
menyebabkan penurunan laju daur zat makanan dalam sistem perairan. Dengan
demikian, terdapat penurunan jumlah bahan organik dalam suatu daerah dansuatu
pergeseran keadaan oligotropik didanau. Perubahan ekologis mengikuti pengaruh
umum zat toksik terhadap ekosistem.
Sebagaimana tumbuhan, hewan
juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam. Spesies hewan tanah yang
mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat karena sifat hewan
mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan
yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen
(tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan
karena kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan
menyebabkan kepunahan spesies.
5. Material
Kerusakan oleh pencemaran SO2
juga dialami oleh bangunan yang bahan-bahannya seperti batu kapur, batu pualam,
dolomit akan dirusak oleh SO2 dari udara. Efek dari kerusakan ini akan tampak
pada penampilannya, integritas struktur, dan umur dari gedung tersebut. Ancaman
serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan
patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat,
meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal
semakin banyak akan merusak batuan.
Gambar 1.4 Korosi pada Material
Sumber: [5]
2. KARBON MONOKSIDA (CO)
A. KARAKTERISTIK PENCEMAR CO
Karbon dan
Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil
pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai
hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak
berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak
berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya
karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
SUMBER
1.
Sumber Alami
Pembakaran
bahan fosil dengan udara, berupa gas buangan. Misalnya : Dari lautan, oksidasi
metal di atmosfer, pegunungan, aktivitas gunung berapi dan kebakaran hutan
2. Sumber Antropogenik
Sumber
CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama pengguna bahan bakar bensin.
Berdasarkan laporan WHO (1992), dinyatakan paling tidak 90% dari CO di udara
perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor, sisanya berasal dari sumber
tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan
pembakaran sampah domestik.
Sumber CO dari dalam ruang (indoor)
termasuk dari tungku dapur rumah tangga dan tungku pemanas ruang. Dalam
beberapa penelitian ditemukan kadar CO cukup tinggi di dalam kendaraan sedan
maupun bus. Sumber lain CO adalah gas arang batu yang mengandung lebih 5% CO,
yaitu alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es gas, kompor gas, dan cerobong
asap yang bekerja tidak baik.
B. DAMPAK PENCEMAR
CO diserap melalui paru dan
sebagian besar diikat oleh hemoglobin secara reversible, membentuk
karboksi-hemoglobin (COHb). Selebihnya mengikat diri dengan mioglobin dan
beberapa protein heme ekstravaskular lain, seperti cytochrome c oxidase dan
cytochrome P-450. Afinitas CO terhadap protein heme bervariasi 30 sampai 500
kali afinitas oksigen, tergantung pada protein heme tersebut. Untuk hemoglobin,
afinitas CO 208-245 kali afinitas oksigen.
CO bukan merupakan racun yang
kumulatif. Ikatan Hb dengan CO bersifat reversible dan setelah Hb dilepaskan
oleh CO, sel darah merah tidak mengalami kerusakan. Absorbsi atau ekskresi CO
ditentukan oleh kadar CO dalam udara lingkungan (ambient air), kadar COHb
sebelum pemaparan (kadar COHb inisial), lamanya pemaparan, dan ventilasi paru. Bila
orang yang telah mengabsorbsi CO dipindahkan ke udara bersih dan berada dalam
keadaan istirahat, maka kadar COHb semula akan berkurang 50% dalam waktu 4,5
jam. Dalam waktu 6-8 jam darahnya tidak mengandung COHb lagi. Inhalasi oksigen
mempercepat ekskresi CO sehingga dalam waktu 30 menit kadar COHb telah
berkurang setengahnya dari kadar semula. Umummya kadar COHb akan berkurang 50%
bila penderita CO akut dipindahkan ke udara bersih dan selanjutnya sisa COHb
akan berkurang 8-10% setiap jamnya. Hal ini penting untuk dapat mengerti
mengapa kadar COHb dalam darah korban rendah atau negatif pada saat diperiksa,
sedangkan korban menunjukkan gejala dan atau kelainan histopatologis yang lazim
ditemukan pada keracunan CO akut.
Tabel 2.1 Efek CO pada Konsentrasi Tertentu
Sumber : [6]
2. Ekosistem dan Lingkungan
Di udara,karbon monoksida (CO) terdapat dalam
jumlah yang sangat sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Di perkotaan dengan lalu
lintas yang padat konsentrasi gas CO antara 10-15 ppm. Sudah sejak lama
diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat
menyebabkan gangguan pada ekosistem dan lingkungan kita.
3. Hewan
Pada hewan, dampak dari kadar karbon monoksida
yang berlebihan hampir menyerupai dampak yang
terjadi pada manusia, dapat menyebabkan kematian.
4. Tumbuhan
Bagi Tumbuhan, kadar CO 100ppm pengaruhnya hampir tidak ada khususnya tumbuhan tingkat tinggi. Kadar CO 200ppm dengan waktu
kontak 24 jam dapat mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas
terutama yang terdapat pada akar tumbuhan.
5. Material
Karbon monoksida dapat berasal dari alam ataupun kegiatan manusia. Apabila
berasal dari kegiatan manusia, umumnya berasal dari kendaraan bermotor menggunakan
bahan bakar bensin, ataupun hasil pembakaran industri minyak dan
batubara.Karbon monoksida sendiri tidak terlepas dari efeknya yang menimbulkan
sisi negatif pada benda material. Pada material, dampak pencemaran udara oleh
karbon monoksida dapat berupa perubahan warna kehitaman pada daerah yang telah
tercemar oleh karbon monoksida. Selain itu, apabila gas CO teroksidasi menjadi
CO2, maka dapat menimbulkan efek hujan asam juga yang dapat mengakibatkan
peningkatan laju korosi pada benda-benda logam.
3. NITROGEN OKSIDA (NOx)
A. KARAKTERISTIK PENCEMAR NOX
Oksida
Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri
dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun
ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling
banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas
yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna
coklat kemerahan dan berbau tajam. Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam
jumlah lebih besar daripada nitrogen dioksida. Pembentukan NO dan NO2 merupakan
reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi
lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2.
Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (di atas 1210°C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.
Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (di atas 1210°C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.
SUMBER DAN DISTRBUSI
Secara umum, sumber NOx di alam
berasal dari bakteri dan akitivitas vulkanik, proses pembentukan petir, dan
emisi akibat aktivitas manusia (antropogenik). Emisi antropogenik NOx terutama
berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti pembangkit tenaga listrik dan
kendaraan bermotor. Sumber lain di atmosfer berupa proses tanpa pembakaran,
contohnya dari hasil produksi asam nitrat, pengelasan, dan penggunaan bahan
peledak.
Dari seluruh jumlah oksigen
nitrogen (NOx) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam
bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari
sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga
jumlahnya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang
diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat
tertentu.
Kadar NOx diudara perkotaan
biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada di udara pedesaan. Kadar NOx
diudara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO,
emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi
manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh
kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi
NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.
Kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung dari
intensitas sinar mataharia dan aktivitas kendaraan bermotor.
B. DAMPAK
PENCEMAR
1. Kesehatan Manusia
Oksida nitrogen seperti NO dan
NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2
empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan
terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Diudara ambien yang
normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. NO2
bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm
dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian
tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru ( edema pulmonari ). Kadar
NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang
yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm
selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.
Berikut adalah beberapa bahaya atau dampak paparan nitrogen oksida (NOx) pada
manusia yaitu:
-Keracunan akut/infeksi saluran
pernafasan
- Lemah, sesak nafas, batuk menimbulkan
gangguan pada jaringan paru-paru
- Dapat menyebabkan asma
Tabel 3.1 Efek NO2 pada Konsentrasi Tertentu
efek
|
konsentrasi NO2
|
waktu terjadi efek
|
|
mg/m3
|
ppm
|
||
batas timbul bau
|
0.23
|
0.12
|
segera
|
batas pada adaptasi gelap
|
0.14
|
0.075
|
tidak dilaporkan
|
peningkatan resisten pada udara bebas
|
0.5
|
0.26
|
tidak dilaporkan
|
1.3-3.8
|
0.7-2.0
|
20 menit
|
|
3.0-3.8
|
1.6-2.0
|
15 menit
|
|
2.8
|
1.5
|
45 menit
|
|
3.8
|
2
|
45 menit
|
|
5.6
|
3
|
45 menit
|
|
7.5-9.4
|
4.0-5.0
|
40 menit
|
|
9.4
|
5
|
15 menit
|
|
11.3-75.2
|
6.0-40.0
|
5 menit
|
|
penurunan kapasitas difusi paru-paru
|
7.5-9.4
|
4.0-5.0
|
15 menit
|
Sumber : [7]
2. Ekosistem dan Lingkungan
Pencemaran oksida nitrogen (NOx) bagi
tumbuhan menyebabkan bintik-bintik pada permukaan daun, bila konsentrasinya
tinggi dapat mengakibatkan nekrosis atau kerusakan jaringan daun yang
mengakibatkan prosesfotosintesis terganggu. Dalam keadaan seperti ini daun
tidak dapat berfungsi sempurna sebagai temapat terbentuknya karbohidrat melalui
proses fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat berproduksi seperti yang
diharapkan. Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm sudah dapat menurunkan kemampuan
fotosintesis daun sampai sekitar 60% hingga 70% (Pohan, 2002).
Di udara oksida nitrogen
dapat menimbulkan PAN (Peroxy Acetyl Nitrates) yang dapat menyebabkan
iritasi mata (pedih dan berair). PAN bersama senyawa yang lain akan menimbulkan
kabut foto kimia (Photo Chemistry Smog) yang dapat mengganggu
lingkungan dan dapat merusak tanaman. Daun menjadi pucat karena selnya mati.
Jika hidrokarbon bercampur bahan lain toksitasnya akan meningkat (Anonim,
2008).
3. Hewan
Berdasarkan studi menggunakan
binatang percobaan, pengaruh yang membahayakan seperti misalnya meningkatnya kepekaan
terhadap radang saluran pernafasan, dapat terjadi setelah mendapat pajanan
sebesar 100 μg/m3 (Tugaswati, 2004).
4. TumbuhaN
Selain
mempengaruhi ekosistem perairan, peningkatan jumlah nitrogen yang terserap dalam tanah akibat adanya hujan asam juga dapat mengakibatkan ketidakseimbangan
nutrisi di dalam tanah. Gejala ini menyebabkan terjadinya pencucian
mineral seperti Ca, Mg, dan Potassium, yang merupakan yamg merupakan
mineral utama bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mineral tersebut digantikan
oleh logam berat seperti Al, yang justru menghambat pertumbuhan akar dan
menghambat penyerapan air. Tanaman kemudian mulai mati, karena kekurangan air.
Adanya pelapukan dalam batang menandakan terjadinya kerusakan sistem
transportasi air pada tanaman.Akibatnya produktivitas tumbuhan menurun dan
menghilangkan keragaman hayati karena hanya sepesies tertentu saja yang dapat
bertahan. Pada tumbuhan Nitrogen dioksida (NO2) menimbulkan
kerusakan jaringan sel mesophyll. Kerusakan ditandai oleh adanya bercak warna
putih atau coklat pada permukaan daun. Kebutuhan nitrogen dalam tanaman hanya
diperlukan dalan jumlah yang tidak terlalu banyak.
5. Material
Hujan asam juga
dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu kapur,
pasirbesi, marmer, batu pada dinding beton serta logam. Ancaman serius juga
dapat terjadi pada bagunan tua serta monumen termasuk candi dan patung. Hujan
asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan
kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin
banyak akan merusak batuan.
Sumber [8]
REFERENSI
1. http://komposisi.sains.lapan.go.id/htm/so2.htm (diakses 22 Februari 2015)
3. https://www.academia.edu/7234999/ANALISIS_KUALITAS_UDARA_AMBIEN_DENG AN_PARAMETER_GAS_SO2_NO2_DAN_CO_DI_BALAI_HIPERKES_DAN_KESELAMATAN_KERJA_PROVINSI_KALIMANTAN_SELATAN (diakses 22 Februari 2015)
http://komposisi.sains.lapan.go.id/htm/so2.htm (diakses 22 Februari 2015)
8. https://www.youtube.com/watch?v=wPi1OB4n7cU (diunduh 26 Februarui 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar